Inflasi Tinggi Akibat Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Juni dan Juli 2001

Juni 2001 inflasi mencapai 1.67% dan Juli 2001 mencapai 2.12%. Pemerintah Presiden Megawati Soekarno Putri menaikan harga premium dari Rp 1.150/liter menjadi Rp 1.450/liter dan harga solar dari Rp 600/liter menjadi Rp 900/liter. Namun, dampak kebijakan menaikan harga BBM ini tidak berlangsung lama. Sebab, pada Agustus 2001 terjadi deflasi -0,21%.

Maret dan Oktober 2005

Inflasi Maret 2005 mencapai 1,91%. Pada Oktober 2005 inflasi mencapai 8,7%. Lonjakan inflasi ini sebagai respon kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena menaikan harga BBM bersubsidi.

Maret 2005,premium naik dari sebelumnya Rp 1.810/liter menjadi Rp 2.400 liter. Solar dari Rp 1.890/liter menjadi Rp 2.100/liter. Oktober premium kembali dinaikan dari Rp 2.400/liter menjadi Rp 4.500. Solar dari Rp 2.100/liter menjadi Rp 4.300/liter. Tapi pengaruhnya minim pada inflasi bahkan Desember 2005 deflasi 0,04%

Mei, Juni, dan Juli 2008

Inflasi Mei 2008: 1,41%, Juni: 2,46%, dan Juli 2008: 1,37%. Pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono kembali menaikan harga BBM bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada 24 Mei 2008. Peraturan Menteri ESDM Nomor 16 tahun 2008 menetapkan harga premium naik menjadi Rp6.000 per liter dari sebelumnya Rp 4.500/liter. Dan solar menjadi Rp 5.500/liter dari sebelumnya Rp 4.300/liter.

Tahun 2013

Pemerintah berencana menaikkan harga bensin dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 6.500 per liter. Sementara harga solar akan naik dari Rp 4.500 per liter menjadi Rp 5.500 per liter. Pemerintah memprediksi inflasi 2013 7,2% sedangkan BI memprediksi 7,76%.